Pernahkan kita berpikir tentang hujan? Fenomena alam yang
biasa kita alami itu sungguh menyimpan berbagai proses yang mengagumkan. Allah
berfirman didalam Al-Qur’an :
QS Az Zukhruf (43) :
11
“Dan
yang menurunkan air dari langit menurut kadar (tertentu) lalu Kami hidupkan
dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari
kubur).”
Dalam firmanNya di atas Allah
mengatakan bahwa Allah mengukur kadar hujan. Pernahkah kita berpikir seandainya
hujan diturunkan secara tidak terukur ke permukaan Bumi? Dampaknya sungguh
sangatlah dahsyat!
Hujan berasal dari awan. Di awan
itu terkandung jutaan ton air hujan. Bayangkan, berjuta-juta ton air sedang
bergelayutan di atas kepala kita pada ketinggian beberapa kilometer. Kenapa
jutaan ton air itu tidak berjatuhan ke Bumi? Karena Allah membuat mekanisme
yang sangat canggih.
Air dari permukaan Bumi diubah
terlebih dahulu menjadi uap air yang memiliki berat jenis lebih ringan dari
udara. Sehingga uap air itu bergerak ke angkasa. Di ketinggian tertentu, uap
air itu lantas berkumpul dengan uap air yang lain, yang berasal dari berbagai
daerah di permukaan Bumi.
Di langit itu Allah mengarak
jutaan ton uap air menuju daerah yang dikehendaki, dengan menggunakan kekuatan
angin. Anginnya bergerak dikarenakan perputaran Bumi yang miring pada sumbunya
sebesar 23,5 derajat.
Berapa besar kekuatan yang
menggerakkan awan itu sehingga bisa menghidupkan daerah-daerah yang tandus.
Kalau seandainya kita melakukan sendiri mekanisme itu, betapa besarnya biaya
yang kita keluarkan.
Hal ini misalnya, dilakukan oleh
pemerintah Arab Saudi. Mereka berusaha memindahkan air tawar yang disuling dari
lautan menuju ke daratan. Maka, dibikinlah pipa-pipa dan proses penjernihan air
dalam skala yang sangat besar. Biayanya tentu luar biasa. Namun Allah dengan
sangat gampangnya melakukan itu semua secara terus menerus, sejak berjuta-juta
tahun yang lalu, untuk menghidupi seluruh makhluk-Nya di muka planet Bumi ini.
Cara Allah menurunkan air hujan
ke muka Bumi pun dilakukanNya dengan sangat ‘santun’ dan terukur. Bayangkan
kalau Allah menghendaki air hujan yang jumlahnya jutaan ton itu turun secara
sekaligus, seperti sebuah air terjun, di suatu daerah tertentu. Kita tidak bisa
membayangkan betapa akan hancur lebur daerah itu, diterjang oleh air bah yang
jatuh dari langit.
Allah telah mengukur jatuhnya
air itu. Baik dalam jumlahnya maupun dalam mekanismenya. Jika suatu daerah
sudah ‘dirasa’ cukup memperoleh siraman air hujan, maka Allah menghentikannya.
Dia memindahkan guyuran air hujan itu ke daerah lain yang membutuhkannya. Jika
tidak, tentu daerah tersebut akan mengalami banjir yang tidak terkira.
Allah menggiring uap air dari
lautan menuju daratan. Sebagian besar turun di gunung-gunung,kemudian menghasilkan
sejumlah mata air yang sangat berguna pada musim kemarau. Air itu mengalir
lewat sungai-sungai, dan bisa dimanfaatkan untuk kehidupan manusia di luar
musim hujan.
Selain dalam hal jumlah,
mekanisme turunnya air itu juga memunculkan rasa kagum kita. Kenapa air hujan
turun sebagai butiran-butiran? Barang kali, di antara kita ada yang menjawab:
Kalau seandainya air hujan itu turun sekaligus seperti air bah, maka bisa
dipastikan hidup kita akan terancam. Akan terjadi bencana yang sangat dahsyat
di muka Bumi ini, setiap kali musim hujan.
Namun demikian, pernahkah kita
mencermati tentang butiran-butiran air hujan itu? Proses pendinginan yang tidak
seragam terhadap uap air yang terkandung di dalam awan dan jarak jatuh air dari
awan ke permukaan Bumi telah menyebabkan air hujan itu jatuh tercerai berai
menjadi butiran air yang berukuran kecil.
Sebenarnya, meskipun air hujan
itu turun sebagai butiran, bahayanya tidaklah kalah besar dibandingkan dengan
turun sekaligus. Kenapa demikian?
Butiran air hujan itu
sesungguhnya bisa berlaku bagaikan sebutir peluru yang jatuh dari angkasa.
Kecepatan butiran air hujan itu, sangatlah tinggi akibat mengalami percepatan
terus menerus disebabkan gaya gravitasi Bumi.
Seandainya tidak dihambat oleh
angin dan atmosfer Bumi, buritan air hujan itu bisa memiliki kekuatan tembus
yang sangat dahsyat. Barangkali, genting-genting rumah kita bisa bolong-bolong
akibat diterjang oleh butiran hujan itu. Akan tetapi kenapa hal itu tidak
terjadi? Dan ternyata, kecepatan buritan air hujan ketika sampai di permukaan
Bumi hanya berkisar pada kecepatan 8 km perjam saja.
Ini disebabkan oleh hambatan
atmosfer Bumi. Telah saya sampaikan di depan bahwa Bumi berputar pada dirinya
sendiri dengan kecepatan lebih dari 1.600 km per jam. Akibatnya, udara atau
atmosfer yang melingkunginya juga bergerak terbawa oleh putaran itu. Maka
ketika ada butiran air hujan jatuh dari ketinggian awan, dia tidak mengalami
tambahan kecepatan terus menerus akibat tarikan Bumi. Melainkan mengalami
hambatan-hambatan di dalam perjalanannya. Sehingga, ketika sampai di permukaan
Bumi kecepatannya sudah sangat rendah, tidak membahayakan lagi.
Di sini, lagi-lagi, kita melihat
betapa berbagai mekanisme di Bumi ini telah didesain oleh Allah sedemikian rupa
sehingga cocok dan nyaman untuk kehidupan manusia di atasnya. Jika terjadi
penyimpangan terhadap mekanisme-mekanisme itu, maka sungguh manusia akan
mengalami masalah yang besar dengan lingkungannya. Namun, Allah sangat
menyayangi kita. Dia selalu menjaga semua itu untuk kenikamatan kehidupan
manusia.
No comments:
Post a Comment
Untuk bertanya seputar postingan kami diblog ini silahkan tanya di fb fanpage kami ..
Note: Only a member of this blog may post a comment.