Wednesday, December 18, 2013

Air Hujan Yang Terukur


Pernahkan kita berpikir tentang hujan? Fenomena alam yang biasa kita alami itu sungguh menyimpan berbagai proses yang mengagumkan. Allah berfirman didalam Al-Qur’an :
QS Az Zukhruf (43) : 11
43:11
 “Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (tertentu) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).”
                Dalam firmanNya di atas Allah mengatakan bahwa Allah mengukur kadar hujan. Pernahkah kita berpikir seandainya hujan diturunkan secara tidak terukur ke permukaan Bumi? Dampaknya sungguh sangatlah dahsyat!
                Hujan berasal dari awan. Di awan itu terkandung jutaan ton air hujan. Bayangkan, berjuta-juta ton air sedang bergelayutan di atas kepala kita pada ketinggian beberapa kilometer. Kenapa jutaan ton air itu tidak berjatuhan ke Bumi? Karena Allah membuat mekanisme yang sangat canggih.
                Air dari permukaan Bumi diubah terlebih dahulu menjadi uap air yang memiliki berat jenis lebih ringan dari udara. Sehingga uap air itu bergerak ke angkasa. Di ketinggian tertentu, uap air itu lantas berkumpul dengan uap air yang lain, yang berasal dari berbagai daerah di permukaan Bumi.
                Di langit itu Allah mengarak jutaan ton uap air menuju daerah yang dikehendaki, dengan menggunakan kekuatan angin. Anginnya bergerak dikarenakan perputaran Bumi yang miring pada sumbunya sebesar  23,5 derajat.
                Berapa besar kekuatan yang menggerakkan awan itu sehingga bisa menghidupkan daerah-daerah yang tandus. Kalau seandainya kita melakukan sendiri mekanisme itu, betapa besarnya biaya yang kita keluarkan.
                Hal ini misalnya, dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi. Mereka berusaha memindahkan air tawar yang disuling dari lautan menuju ke daratan. Maka, dibikinlah pipa-pipa dan proses penjernihan air dalam skala yang sangat besar. Biayanya tentu luar biasa. Namun Allah dengan sangat gampangnya melakukan itu semua secara terus menerus, sejak berjuta-juta tahun yang lalu, untuk menghidupi seluruh makhluk-Nya di muka planet Bumi ini.
                Cara Allah menurunkan air hujan ke muka Bumi pun dilakukanNya dengan sangat ‘santun’ dan terukur. Bayangkan kalau Allah menghendaki air hujan yang jumlahnya jutaan ton itu turun secara sekaligus, seperti sebuah air terjun, di suatu daerah tertentu. Kita tidak bisa membayangkan betapa akan hancur lebur daerah itu, diterjang oleh air bah yang jatuh dari langit.
                Allah telah mengukur jatuhnya air itu. Baik dalam jumlahnya maupun dalam mekanismenya. Jika suatu daerah sudah ‘dirasa’ cukup memperoleh siraman air hujan, maka Allah menghentikannya. Dia memindahkan guyuran air hujan itu ke daerah lain yang membutuhkannya. Jika tidak, tentu daerah tersebut akan mengalami banjir yang tidak terkira.
                Allah menggiring uap air dari lautan menuju daratan. Sebagian besar turun di gunung-gunung,kemudian menghasilkan sejumlah mata air yang sangat berguna pada musim kemarau. Air itu mengalir lewat sungai-sungai, dan bisa dimanfaatkan untuk kehidupan manusia di luar musim hujan.
                Selain dalam hal jumlah, mekanisme turunnya air itu juga memunculkan rasa kagum kita. Kenapa air hujan turun sebagai butiran-butiran? Barang kali, di antara kita ada yang menjawab: Kalau seandainya air hujan itu turun sekaligus seperti air bah, maka bisa dipastikan hidup kita akan terancam. Akan terjadi bencana yang sangat dahsyat di muka Bumi ini, setiap kali musim hujan.
                Namun demikian, pernahkah kita mencermati tentang butiran-butiran air hujan itu? Proses pendinginan yang tidak seragam terhadap uap air yang terkandung di dalam awan dan jarak jatuh air dari awan ke permukaan Bumi telah menyebabkan air hujan itu jatuh tercerai berai menjadi butiran air yang berukuran kecil.
                Sebenarnya, meskipun air hujan itu turun sebagai butiran, bahayanya tidaklah kalah besar dibandingkan dengan turun sekaligus. Kenapa demikian?
                Butiran air hujan itu sesungguhnya bisa berlaku bagaikan sebutir peluru yang jatuh dari angkasa. Kecepatan butiran air hujan itu, sangatlah tinggi akibat mengalami percepatan terus menerus disebabkan gaya gravitasi Bumi.
                Seandainya tidak dihambat oleh angin dan atmosfer Bumi, buritan air hujan itu bisa memiliki kekuatan tembus yang sangat dahsyat. Barangkali, genting-genting rumah kita bisa bolong-bolong akibat diterjang oleh butiran hujan itu. Akan tetapi kenapa hal itu tidak terjadi? Dan ternyata, kecepatan buritan air hujan ketika sampai di permukaan Bumi hanya berkisar pada kecepatan 8 km perjam saja.
                Ini disebabkan oleh hambatan atmosfer Bumi. Telah saya sampaikan di depan bahwa Bumi berputar pada dirinya sendiri dengan kecepatan lebih dari 1.600 km per jam. Akibatnya, udara atau atmosfer yang melingkunginya juga bergerak terbawa oleh putaran itu. Maka ketika ada butiran air hujan jatuh dari ketinggian awan, dia tidak mengalami tambahan kecepatan terus menerus akibat tarikan Bumi. Melainkan mengalami hambatan-hambatan di dalam perjalanannya. Sehingga, ketika sampai di permukaan Bumi kecepatannya sudah sangat rendah, tidak membahayakan lagi.

                Di sini, lagi-lagi, kita melihat betapa berbagai mekanisme di Bumi ini telah didesain oleh Allah sedemikian rupa sehingga cocok dan nyaman untuk kehidupan manusia di atasnya. Jika terjadi penyimpangan terhadap mekanisme-mekanisme itu, maka sungguh manusia akan mengalami masalah yang besar dengan lingkungannya. Namun, Allah sangat menyayangi kita. Dia selalu menjaga semua itu untuk kenikamatan kehidupan manusia.

No comments:

Post a Comment

Untuk bertanya seputar postingan kami diblog ini silahkan tanya di fb fanpage kami ..

Note: Only a member of this blog may post a comment.